BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
PENDEKATAN PROSES DAN PENDEKATAN SALING TEMAS
Oleh :
AHMAD SURYANULLAH
Oleh :
AHMAD SURYANULLAH
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT
KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
(KIP MATARAM)
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendekatan keterampilan proses pada
hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus
pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil
belajar (Semiawan, 2002).
Pendekatan keterampilan proses adalah
perlakuan yang diterapkan dalam pembelajaran yang menekankan pada pembentukan
keterampilan memperoleh pengetahuan kemudian mengkomunikasikan perolehannya.
Keterampilan memperoleh pengetahuan dapat dengan menggunakan kemampuan olah
pikir (psikis) atau kemampuan olah perbuatan (fisik) (Popy dkk, 2009:2)
Pendekatan keterampilan proses dapat
diartikan juga sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan–keterampilan
intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar
yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Pendekatan keterampilan proses pada
pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikaskan hasilnya.
Hakekat pendidikan adalah proses
mengarahkan anak pada perkembangan mencapai kesempurnaan melalui pendidikan.
Anak diharapkan dapat diarahkan secara terprogram untuk mencapai penguasaan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu dari tugas- tugas professional
dan hidup. Dalam hal ini, occupation –oriented atau training for life.
UNESCO mencanangkan empat pilar
belajar yaitu “Learning to know; Learning
to do, Learning to live together; dan Learning to be”. Peserta didik harus
diberdayakan agar memiliki pemahaman dan pengetahuan ( learning to know)
terhadap dunia nyata, dengan pengetahuan itu dia dapat berbuat (learning to
do), kemudian dapat memperkaya pengalaman belajarnya melalui interaksi dengan
lingkungan sosialnya serta bisa menjalin kerjasama antar sesama manusia
(learning to life together). Dengan pengetahuan yang dimiliki, kemampuan
berbuat dan bekerjasama, peserta didik dapat membangun kepercayaan diri dan
membangun jati dirinya sehingga bisa hidup mandiri (learning to be) (Nurhayati,
2011).
Sains
merupakan ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara
sistematis yang didasari oleh manusia. Mata pelajaran sains di sekolah
merupakan suatu bentuk ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam dan
kebendaan yang diperoleh dari hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan
oleh manusia yang tersusun secara sistematis yang membutuhkan kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian pendekatan keterampilan proses ?
2.
Apakah
pengertian pendekatan saling temas ?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian pendekatan keterampilan proses.
2.
Untuk
mengetahui pendekatan saling temas.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
I.
Pengertian pendekatan keterampilan
proses
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah
suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa
secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Semiawan,
2002). Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang
oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah
dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin cepat dewasa ini.
Pendekatan keterampilan proses
akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu,
pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai
dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum melaksanakan
penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan
membuat hipotesis. Alasannya tentulah sederhana, yaitu agar siswa dapat
menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu
mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar sains
menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku
dari seorang anak yang belum paham terhadap permasalahan sains yang sedang
dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya.
II.
Perinsip Pendekatan Keterampilan
Proses
Menurut (Semiawan, 2002), terdapat
sepuluh keterampilan proses yaitu : (1) kemampuan mengamati, (2) kemampuan
menghitung, (3) kemampuan mengukur, (4) kemampuan mengklasifikasi, (5)
kemampuan menemukan hubungan, (6) kemampuan membuat prediksi (ramalan), (7)
Kemampuan melaksanakan penelitian (percobaan), (8) kemampuan mengumpulkan dan
menganalisis data, (9) kemampuan menginterpretasikan data, dan (10) kemampuan
mengkomunikasikan hasil.
Kemampuan mengamati, merupakan
salah satu keterampilan yang sangat penting untuk memperoleh pengetahuan, baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Kegiatan ini tidak sama dengan kegiatan melihat. Pengamatan dilaksanakan dengan
memanfaatkan seluruh panca indera yang mungkin biasa digunakan untuk
memperhatikan hal yang diamati, memilah-milah bagiannya berdasarkan kriteria
tertentu, juga berdasarkan tujuan pengamatan, serta mengolah hasil pengamatan
dan menuliskan hasilnya.
Kemampuan menghitung, dalam
pengertian yang luas, merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam kehidupan
sehari-hari dapat dikatakan bahwa dalam semua aktivitas kehidupan manusia
memerlukan kemampuan ini.
Kemampuan mengukur sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, dimana seseorang dapat mengetahui sesuatu yang diamatinya dengan
mengukur apa yang diamatinya.
Kemampuan mengklasifikasi merupakan kemampuan
mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu yang berupa benda, fakta, informasi,
dan gagasan. Pengelompokkan ini didasarkan pada karakteristik atau ciri-ciri
yang sama dalam tujuan tertentu, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.
Kemampuan menemukan hubungan.
Kemampuan ini merupakan kemampuan penting yang perlu dikuasai oleh siswa. Yang
termasuk dalam kemampuan ini adalah: fakta, informasi, gagasan, pendapat, ruang,
dan waktu. Kesemuanya merupakan variabel untuk menentukan hubungan antara sikap
dan tindakan yang sesuai.
Kemampuan Membuat Prediksi
(Ramalan). Ramalan yang dimaksud di sini bukanlah sembarang perkiraan,
melainkan perkiraan yang mempunyai dasar atau penalaran. Kemampuan membuat
ramalan atau perkiraan yang di dasari penalaran baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam teori
penelitian, kemampuan membuat ramalan ini disebut juga kemampuan menyusun
hipotesis. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan
suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Dalam kerja ilmiah, seorang ilmuwan
biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen.
Kemampuan Melaksanakan Penelitian
(Percobaan). Penelitian merupakan kegiatan para ilmuwan di dalam kegiatan
ilmiah. Namun, dalam kehidupan sehari-hari penelitian (percobaan) merupakan
kegiatan penyelidikan untuk menguji gagasan-gagasan melalui kegiatan eksperimen
praktis. Kegiatan percobaan umumnya dilaksanakan dalam mata pelajaran eksakta
seperti fisika, kimia, dan biologi. Sedangkan untuk mata pelajaran non eksakta,
kegiatan yang biasa dilakukan adalah penelitian sederhana yang meliputi
perencanaan dan pelaksanaan.
Kemampuan Mengumpulkan dan Menganalisis Data.
Kemampuan ini merupakan bagian dari kemampuan melaksanakan penelitian. Dalam
kemampuan ini, siswa perlu menguasai bagaimana cara-cara mengumpulkan data
dalam penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif.
Kemampuan menginterpretasikan data. Dalam kemampuan
ini, siswa perlu menginterpretasikan hasil yang diperoleh karena kemampuan
mengkomunikasikan hasil. Kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang juga
harus dikuasai siswa. Dalam kemampuan ini, siswa perlu dilatih untuk
mengkomunikasikan hasil penemuannya kepada orang lain dalam bentuk laporan
penelitian, paper, atau karangan.
III.
Alasan Perlunya Penerapan
Keterampilan Proses
Semiawan dkk, (1985: 15-16)
merinci alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan
proses dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari :
1)
Perkembangan
ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru
mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Untuk mengatasi hal tersebut,
siswa diberi bekal keterampilan proses yang dapat mereka gunakan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan tanpa tergantung dari guru.
2)
Para ahli
psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang
rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkrit, contoh-contoh
yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan
mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap
kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar-benar nyata.
3)
Tugas guru bukanlah memberikan
pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi menggiring anak untuk bertanya,
mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri.
4)
Penemuan ilmu pengetahuan tidak
bersifat mutlak benar 100 %, penemuannya bersifat relatif. Suatu teori mungkin
terbantah dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu
membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Muncul lagi, teori baru yang
prinsipnya mengandung kebenaran yang relatif. Jika kita hendak menanamkan sikap
ilmiah pada diri anak, maka anak perlu dilatih untuk selalu bertanya, berpikir
kritis, dan mengusahakan kemungkinan-kemungkinan jawaban terhadap suatu
masalah. Dengan perkataan lain anak perlu dibina berpikir dan bertindak
kreatif.
5)
Dalam proses
belajar mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan
sikap dan nilai dalam diri anak-anak didik. Konsep disatu pihak serta sikap dan
nilai di lain pihak harus dikaitkan. (Semiawan dkk, 1985 : 15-16).
IV.
Langkah-langkah Pelaksanaan Keterampilan
Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu cara untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan yang menjadi roda penggerak penemuan
dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan sikap dan nilai. (Conny
Semiawan, 2002: 16)
Pengajaran dengan pendekatan keterampilan proses
dilaksanakan dengan beberapa langkah, sebagai berikut:
1. Observasi
Kegiatan ini bertujuan untuk
melakukan pengamatan yang terarah tentang gejala atau fenomena sehingga mampu
membedakan yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan pokok
permasalahan.Pengamatan di sini diartikan sebagai penggunaan indera secara
optimal dalam rangka memperoleh informasi yang lengkap atau memadai.
2. Mengklasifikasikan
Kegiatan ini
bertujuan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu.
3.
Menginterpretasikan
atau menafsirkan data
Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran,
eksperimen, atau penelitian sederhana dapat dicatat atau disajikan dalam
berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, diagram.
4.
Meramalkan
(memprediksi)
Hasil interpretasi dari suatu pengamatan digunakan untuk meramalkan atau
memperkirakan kejadian yang belum diamati atau kejadian yang akan datang.
Ramalan berbeda dari terkaan, ramalan didasarkan pada hubungan logis dari hasil
pengamatan yang telah diketahui sedangkan terkaan didasarkan pada hasil
pengamatan.
5.
Membuat
hipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu
kejadian atau pengamatan tertentu.Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci
pembuka tabir penemuan berbagai hal baru.
6.
Mengendalikan
variabel
Variabel adalah faktor yang berpengaruh.Pengendalian variabel adalah suatu
aktifitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit yang kita
bayangkan. Hal ini tergantung dari bagaimana guru menggunakan kesempatan yang
tersedia untuk melatih anak mengontrol dan memperlakukan variabel.
7.
Merencanakan
penelitian / eksperimen
Eksperimen adalah melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan apakah
hipotesis yang diajukan sesuai atau tidak.
8.
Menyusun
kesimpulan sementara
Kegiatan ini bertujuan menyimpulkan hasil percobaan yang telah dilakukan
berdasarkan pola hubungan antara hasil pengamatan yang satu dengan yang
lainnya.
9.
Menerapkan
(mengaplikasikan) konsep
Mengaplikasikan konsep adalah menggunakan konsep yang telah dipelajari
dalam situasi baru atau dalam menyelesaikan suatu masalah,misalnya sesuatu
masalah yang dibicarakan dalam mata pelajaran yang lain.
10. Mengkomunikasikan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan proses dari hasil perolehan
kepada berbagai pihak yang berkepentingan, baik dalambentuk kata-kata, grafik,
bagan maupun tabel secara lisan maupun tertulis.
Praktik pengajaran dengan PKP
menuntut perencanaan yang sungguh-sungguh dan berkeahlian, kreatif dalam
pelaksanaan pengajaran, cakap mendayagunakan aneka media serta sumber belajar.
Jadi guru bersama siswa semakin dituntut bekerja keras agar praktik PKP
berhasil efektif dan efisien.
Ilmu pengetahuan alam memfokuskan
pembahasan pada masalah-masalah di alam sekitar melalui proses dan sikap
ilmiah. Pembelajaran IPA seperti yang tertuang dalam kurikulum 2006, yaitu
pembelajaran yang berorientasi pada hakikat IPA yang meliputi produk, proses,
dan sikap ilmiah melalui keterampilan proses.
Berdasarkan uraian di atas jelas
bahwa pembelajaran IPA lebih menekankan pada pendekatan keterampilan proses
sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori dan sikap
ilmiah di pihak siswa yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas maupun
produk pendidikan.
Pembelajaran IPA selama ini lebih
banyak menghafalkan fakta, prinsip, dan teori saja. Untuk mengantisipasi hal
tersebut perlu dikembangkan strategi pembelajaran IPA yang dapat melibatkan
siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan dan menerapkan
ide-ide mereka.
Pengembangan pendekatan
keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang penting untuk memperoleh
keberhasilan belajar yang optimal. Materi pelajaran akan lebih mudah dikuasai
dan dihayati oleh siswa, bila siswa sendiri mengalami peristiwa belajar
tersebut. Selain itu, Usman dan Setiawati, 2000: 79) mengemukakan tujuan pendekatan
proses adalah sebagai berikut :
1.
Pengamatan,
yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan indera.
2.
Menggolongkan
(mengklasifikasikan), yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan,
konsep, nilai atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan perlu
ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan, konsep sebagai dasar
penggolongan.
3.
Menafsirkan
(menginterpretasikan), yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu berupa benda,
kenyataan, peristiwa, konsep dan informasi yang telah dikumpulkan melalui
pengamatan, penghitungan, penelitian atau eksperimen.
4.
Meramalkan,
yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu
yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan, pola tertentu,
hubungan antar data, atau informasi. Misalnya, berdasarkan pengalaman tentang
keadaaan cuaca sebelumnya, siswa dapat meramalkan keadaan cuaca yang akan
terjadi.
5.
Menerapkan
(aplikasi) yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan,
konsep, hukum, teori dan keterampilan. Melalui penerapan hasil belajar dapat
dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan atau dihayati.
6.
Merencanakan
penelitian, yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan berhasil
tidaknya melakukan penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih karena selama ini
pada umumnya kurang diperhatikan dan kurang terbina.
7.
Mengkomunikasikan,
yaitu keterampilan menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain
dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan.
Sementara itu Darmodjo dan
Kaligis, (2002: 52) merinci keterampilan-keterampilan proses dalam pendidikan
IPA itu meliputi :
1. Keterampilan mengobservasi yang meliputi kemampuan untuk dapat
“membedakan”, “menghitung” dan “mengukur”.
2. Keterampilan mengklasifikasi, yang meliputi menggolong-golongkan atas dasar
aspek-aspek tertentu, serta kombinasi antara menggolongkan dengan mengurutkan.
3. Keterampilan menginterpretasi, termasuk menginterpretasi data, grafik,
maupun mencari pola hubungan yang terdapat dalam pengolahan data.
4. Keterampilan memprediksi, termasuk membuat ramalan atas kecenderungan yang
terdapat dalam pengolahan data.
5. Keterampilan membuat hipotesis, meliputi kemampuan berpikir deduktif dengan
menggunakan konsep-konsep, teori-teori maupun hukum-hukum IPA yang telah dikenal.
6. Keterampilan mengendalikan variabel, yaitu upaya mengisolasi variabel yang
tidak diteliti sehingga adanya perbedaan pada hasil eksperimen adalah dari
variabel yang diteliti.
7. Keterampilan merencanakan dan melakukan penelitian, eksperimen yang
meliputi penetapan masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis.
8. Keterampilan menyimpulkan atau inferensi, yaitu kemampuan menarik
kesimpulan dari pengolahan data.
9. Keterampilan menerapkan atau aplikasi, atau menggunakan konsep atau hasil
penelitian ke dalam perikehidupan dalam masyarakat.
10.
Keterampilan
mengkomunikasikan, yaitu kemampuan siswa untuk dapat mengkomunikasikan
pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun penelitiannya kepada orang lain baik
secara lisan maupun secara tertulis.
V. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Keterampilan Proses
Adapun
keunggulan dan kelemahan pendekatan keterampilan proses, adalah:
1) Keunggulan
Samatowa (2006:138) mengemukakan
bahwa keunggulan pendekatan keterampilan proses adalah :
Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, b) siswa menemukan sendiri
konsep-konsep yang dipelajari, c) melatih siswa untuk berpikir lebih aktif
dalam pembelajaran, d) mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru, e)
memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
Menurut Sagala
(2003:74-75), keunggulan pendekatan keterampilan proses, adalah:
a.
Memberi bekal
cara memperoleh pengetahuan, yang sangat penting untuk mengembangkan pengetahuan
dan masa depan, dan b) pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat
meningkatkan keterampilan berpikir dan cara memperoleh pengetahuan.
2) Kelemahan
Sedangkan kelemahan pendekatan
keterampilan proses, dikemukakan oleh Sagala (2003:75), sebagai berikut:
1) Memerlukan banyak waktu
sehingga sulit untuk dapat menyesuaikan bahan pengajaran yang ditetapkan dalam
kurikulum, 2) memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak
semua sekolah dapat menyediakannya, 3) merumuskan masalah, menyusun hipotesis,
merancang suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan
yang sulit, tidak setiap siswa mampu melaksanakannya.
Pendekatan keterampilan proses
akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan
keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis dan sesuai dengan
tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum melaksanakan
penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan
membuat hipotesis.
B. PENDEKATAN
SALING TEMAS
1.
Rasionalisasi SALINGTEMAS
Pembelajaran sains diharapkan tidak hanya menghadirkan fakta-fakta,
konsep, prinsip dan proses, tetapi juga membangun kemampuan menggunakan sains
untuk memahami lingkungan kehidupannya. Pertanyaan pentingnya adalah bagaimana
sains menjadi lebih bermakna bagi peserta didik, menjadi lebih dekat dengan
hal-hal yang dirasa akrab baginya, dan akhirnya dapat menumbuhkan kepekaan
peserta didik terhadap keterkaitan sains dengan manfaat dan permasalahan nyata
dalam kehidupan.
Pendekatan sains-teknologi-masyarakat (SETS = science, environment,
technology, society) merupakan salah satu model atau pendekatan untuk
menyesuaikan diri terhadap perkembangan sains yang cepat dan menjawab perubahan
paradigma di atas. Pendekatan SETS pada awalnya dikembangkan untuk
pembelajaran sains, khususnya sains alam, walaupun dapat dikaji penggunaannya
pada pembelajaran bidang-bidang lain.
2.
Ruang Lingkup Saling Temas
Menurut Yager & McCormack (Yager, 1996b:3-4;
1992b:5-6), ada enam domain utama SETS untuk pengajaran dan penilaian, yaitu
domain konsep, proses, kreativitas, sikap, aplikasi, dan keterkaitan.
3.
Ragam Pendekatan SALINGTEMAS
Pendekatan SETS bisa amat beragam, mulai dari yang mengangkat topik
atau isu sebagai payung pembelajaran lebih dari satu bidang, mulai dari Fisika,
Kimia dan Ilmu Sosial, atau penggunaan isu lingkungan untuk pembahasan satu bab
saja dalam Kimia, misalnya. Secara garis besar, berdasarkan cakupannya, kita
bisa melakukan beragam pendekatan STM, antara lain:
·
Menempatkan pembelajaran bab
tertentu bidang tertentu dalam konteks sains, teknologi dan masyarakat.
·
Pendekatan SETS untuk pembelajaran
lintas bab pada satu mata pelajaran.
·
Pendekatan SETS untuk pembelajaran
lintas mata pelajaran.
·
Pendekatan SETS dengan perluasan
tujuan instruksional secara eksplisit di luar tuntutan standar kompetensi yang
tertulis di kurikulum dari mata-mata pelajaran yang terlibat dalam pembelajaran
STM tersebut, seperti kepekaan terhadap permasalahan lingkungan, atau
pengenalan dampak sains dan teknologi pada pranata sosial, dll.
·
Pendekatan SETS yang disertai
kerja nyata di masyarakat, seperti gerakan penyelamatan lingkungan, dll.
4.
Model Pembelajaran SALINGTEMAS
Dalam proses pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS, terdapat
sejumlah ciri atau karakteristik yang perlu dipahami di dalam penerapan
pembelajaran, sesuai dengan fokus pembelajarannya pada saat itu. Ciri-ciri
tersebut di antaranya adalah:
·
Tetap memberi pengajaran dan
pembelajaran sain
·
Isu-isu dan masalah-masalah dalam
masyarakat dan kehidupan sehari-hari menjadi titik awal (basis) atau
‘kendaraan’ pertama dan utama untuk mempelajari dan menerapkan
konsep-konsep/prinsip-prinsip dan proses sain dan teknologi dengan
mempertimbangkan perhatian, minat, atau kepentingan peserta didik
·
Mengikutsertakan peserta didik
dalam pengembangan sikap dan keterampilan dalam pengambilan keputusan serta
mendorong mereka untuk mempertimbangkan informasi tentang isu-isu sain,
lingkungan, dan teknologi
·
Peserta didik dibawa ke situasi
untuk memanfaatkan konsep sain ke bentuk teknologi untuk kepentingan
masyarakat.
·
Peserta didik diminta untuk
berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses
pentransferan sain tersebut ke bentuk teknologi.
·
Peserta didik diminta untuk
menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sain yang dibincangkan dengan
unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsur
tersebut.
·
Peserta didik dibawa untuk
mempertimbangkan manfaat atau kerugian penggunaan konsep sain tersebut bila
diubah dalam bentuk teknologi berkenaan.
·
Peserta didik dapat diajak
berpikir, misalnya tentang pengaruh lingkungan atau masyarakat terhadap
pengembangan sain maupun teknologi tertentu, yang masih berkaitan dengan konsep
sain yang dibelajarkan.
·
Dalam konteks konstruktivisme,
peserta didik dapat diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam arah dan
dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh
peserta didik bersangkutan.
·
Mengitegrasikan belajar dan
pembelajaran dari banyak ruang lingkup kurikulum; dan
·
Memperkembangkan literasi sain,
teknologi dan sosial peserta didik (improved students science, technology,
and social literacy).
Model pembelajaran yang bervisi dan pendekatan
SETS, sebagai wahana untuk mewujudkan Education Suistinable Development
(ESD), perlu menitikberatkan pada:
·
Kajian secara transdisiplin dan
holistik berbasis isu dan kasus domestik atau global tentang keterkaitan sain,
teknologi, masyarakat, dan lingkungan dalam konteks pembangunan berkelanjutan.
·
Penumbuhan nilai, sikap, dan
perilaku yang berpihak pada pembangunan berkelanjutan.
·
Belajar aktif,
kooperatif, dan praktikal (hands-on) sehingga pembelajaran menyenangkan
dan mengembangkan multi-kecerdasan peserta didik secara keseluruhan.
·
Kesesuaian kedalaman dan keluasan
materi pelajaran dengan tingkat perkembangan kognitf, sosial dan fisik peserta
didik.
·
Penilaian performasi peserta didik
secara menyeluruh alih-alih hanya dimensi kognitif saja.
Kelebihan model pembelajaran yang bervisi dan pendekatan SETS adalah:
·
memberi peluang pada peserta didik
untuk memperoleh pengetahuan sekaligus kemampuan berpikir dan bertindak
berdasarkan hasil analisis dan sintesis yang bersifat komprehensif dengan
memperhitungkan aspek sain, lingkungan, teknologi, dan masyarakat sebagai satu
kesatuan tak terpisah.
·
memberi wadah secara mencukupi
kepada para pendidik dan peserta didik untuk menuangkan kemampuan berkreasi dan
berinovasi di bidang minatnya dengan landasan SETS secara kuat
·
memberi kesempatan pendidik dan
peserta didik untuk mengaktualisasikan diri dengan keistimewaan atau kelebihan
SETS.
5.
Implementasi Pendekatan
SALINGTEMAS
Pembelajaran dengan pendekatan SETS memililiki karakteristik sebagai
berikut
a.
Relevansi
Pembelajaran
berorientasi konteks dan menempatkan proses pembelajaran pada masalah otentik
dan memperhatikan kebutuhan pembelajar.
b.
Metodologi
Menggunakan
metodologi pembelajaran yang “self-directed” dan “co-operative”.
c.
Masalah
Masalah
dalam konteks diarahkan agar peserta didik dapat berpikir terarah,
interdisipliner dan global.
d.
Konsep
Bertujuan
pada pengembangan sejumlah konsep dasar sains.
Beberapa strategi pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru dengan
pendekatan SETS melalui pembelajaran kontekstual , antara lain:
o
Pembelajaran berbasis masalah
o
Memanfaatkan lingkungan peserta
didik untuk memperoleh pengalaman belajar
o
Memberikan aktivitas kelompok
o
Membuat aktivitas belajar mandiri
o
Membuat aktivitas belajar
bekerjasama dengan masyarakat
o
Menerapkan penilaian autentik
6.
Panduan Pembelajaran
SALINGTEMAS
Selain menjanjikan kualitas pembelajaran yang lebih baik (dan berbagai
penelitian pendidikan menunjukkan hal itu), pembelajaran berbasis SETS juga
mengandung beberapa risiko. Panduan ini disusun untuk mengoptimalkan hasil
pembelajaran berbasis SETS, dan meminimalkan risiko yang mungkin terjadi.
Secara garis besar, tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran berbasis SETS
adalah:
1.
Inisiasi: pendahuluan pembelajaran
SETS dengan mengangkat dan mendiskusikan isu atau masalah.
2.
Penetapan kompetensi sains:
mengumpulkan kompetensi sains yang diperlukan untuk lebih memahami dan
memecahkan masalah yang dihadapi.
3.
Dekontekstualisasi: pemisahan
konsep dan prinsip sains (yang perlu dicapai kompetensinya) dari konteks isu
atau masalah yang diangkat.
4.
Pembelajaran konsep dan prinsip
sains: pemantapan penguasaan konsep dan prinsip sains, melalui metode pembelajaran
yang sesuai.
5.
Penerapan: menerapkan konsep dan
prinsip sains pada isu atau masalah.
6.
Integrasi: membangun keterkaitan
antar konsep dan prinsip sains, serta antar konsep/prinsip tersebut dengan
spektrum terapannya dalam kehidupan.
7.
Perangkuman: merangkum kompetensi
yang seharusnya telah dimiliki peserta didik, termasuk kemampuan menerapkannya
pada kasus tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan keterampilan proses pada
hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus
pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil
belajar (Semiawan, 2002). Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai
pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran
di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini.
Pendekatan sains-teknologi-masyarakat (SETS = science, environment,
technology, society) merupakan salah satu model atau pendekatan untuk menyesuaikan
diri terhadap perkembangan sains yang cepat dan menjawab perubahan paradigma
di atas. Pendekatan SETS pada awalnya dikembangkan untuk pembelajaran sains,
khususnya sains alam, walaupun dapat dikaji penggunaannya pada pembelajaran
bidang-bidang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Lilik Setiono.2oo8. Salingtemas Dalam Proses
Pembelajaran Sains (Sains Lingkungan Teknologi Masyarakat).
Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta(Online)diakses pada tanggal 9 januari
2014)
Tri
Antika, Linda. 2013. PENDEKATAN LINGKUNGAN & SALINGTEMAS DAN PENDEKATAN KETERAMPILAN
PROSES & CBSA/SAL(Online)diakses pada tanggal 9 januari 2014)
http://linda-haffandi.blogspot.com/
CONTOH LEMBAR SELF ASSISMENT
No
|
Nama
|
Judul
bahan bacaan
|
Lama
akses/ membaca
|
Kontribusi
dalam kelompok
|
||
1
|
Mariadi Pajri
|
PENDEKATAN
KETERAMPILAN PROSES
|
3 jam
|
T
|
||
2
|
DEA INDAH SRIWAHYU P.
|
PENDEKATAN
KETERAMPILAN PROSES
|
3 jam
|
T
|
||
3
|
FERDINANDUS HENDRIKUS
|
PENDEKATAN SALING TEMAS
|
3 jam
|
T
|
||
4
|
MARLIA SURYANI AZMI
|
PENDEKATAN
SALING TEMAS
|
1 jam
|
S
|
||
5
|
NURHADYATUN
|
PENDEKATAN SALING TEMAS
|
1 jam
|
S
|
||
6
|
YULIANA
|
PENDEKATAN SALING TEMAS
|
1 jam
|
S
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar