Kamis, 11 September 2014

Pendekatan Proses dan Pendekatan Saling Temas



BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
PENDEKATAN PROSES DAN PENDEKATAN SALING TEMAS


Oleh :
AHMAD SURYANULLAH











JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
(KIP MATARAM)
2014



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Semiawan, 2002).
Pendekatan keterampilan proses adalah perlakuan yang diterapkan dalam pembelajaran yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan kemudian mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan memperoleh pengetahuan dapat dengan menggunakan kemampuan olah pikir (psikis) atau kemampuan olah perbuatan (fisik) (Popy dkk, 2009:2)
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan juga sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan–keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikaskan hasilnya.
Hakekat pendidikan adalah proses mengarahkan anak pada perkembangan mencapai kesempurnaan melalui pendidikan. Anak diharapkan dapat diarahkan secara terprogram untuk mencapai penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu dari tugas- tugas professional dan hidup. Dalam hal ini, occupation –oriented atau training for life.
UNESCO mencanangkan empat pilar belajar yaitu “Learning to know; Learning to do, Learning to live together; dan Learning to be”. Peserta didik harus diberdayakan agar memiliki pemahaman dan pengetahuan ( learning to know) terhadap dunia nyata, dengan pengetahuan itu dia dapat berbuat (learning to do), kemudian dapat memperkaya pengalaman belajarnya melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya serta bisa menjalin kerjasama antar sesama manusia (learning to life together). Dengan pengetahuan yang dimiliki, kemampuan berbuat dan bekerjasama, peserta didik dapat membangun kepercayaan diri dan membangun jati dirinya sehingga bisa hidup mandiri (learning to be) (Nurhayati, 2011).
 Sains merupakan ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasari oleh manusia. Mata pelajaran sains di sekolah merupakan suatu bentuk ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam dan kebendaan yang diperoleh dari hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia yang tersusun secara sistematis yang membutuhkan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
B.  Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian pendekatan keterampilan proses ?
2.      Apakah pengertian pendekatan saling temas ?
C.  Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian pendekatan keterampilan proses.
2.      Untuk mengetahui pendekatan saling temas.





BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

I.     Pengertian pendekatan keterampilan proses
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Semiawan, 2002). Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini.
Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis. Alasannya tentulah sederhana, yaitu agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar sains menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap permasalahan sains yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya.

II.      Perinsip Pendekatan Keterampilan Proses
Menurut (Semiawan, 2002), terdapat sepuluh keterampilan proses yaitu : (1) kemampuan mengamati, (2) kemampuan menghitung, (3) kemampuan mengukur, (4) kemampuan mengklasifikasi, (5) kemampuan menemukan hubungan, (6) kemampuan membuat prediksi (ramalan), (7) Kemampuan melaksanakan penelitian (percobaan), (8) kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data, (9) kemampuan menginterpretasikan data, dan (10) kemampuan mengkomunikasikan hasil.
Kemampuan mengamati, merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting untuk memperoleh pengetahuan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Kegiatan ini tidak sama dengan kegiatan melihat. Pengamatan dilaksanakan dengan memanfaatkan seluruh panca indera yang mungkin biasa digunakan untuk memperhatikan hal yang diamati, memilah-milah bagiannya berdasarkan kriteria tertentu, juga berdasarkan tujuan pengamatan, serta mengolah hasil pengamatan dan menuliskan hasilnya.
Kemampuan menghitung, dalam pengertian yang luas, merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari dapat dikatakan bahwa dalam semua aktivitas kehidupan manusia memerlukan kemampuan ini.
Kemampuan mengukur sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dimana seseorang dapat mengetahui sesuatu yang diamatinya dengan mengukur apa yang diamatinya.
Kemampuan mengklasifikasi merupakan kemampuan mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu yang berupa benda, fakta, informasi, dan gagasan. Pengelompokkan ini didasarkan pada karakteristik atau ciri-ciri yang sama dalam tujuan tertentu, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Kemampuan menemukan hubungan. Kemampuan ini merupakan kemampuan penting yang perlu dikuasai oleh siswa. Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah: fakta, informasi, gagasan, pendapat, ruang, dan waktu. Kesemuanya merupakan variabel untuk menentukan hubungan antara sikap dan tindakan yang sesuai.
Kemampuan Membuat Prediksi (Ramalan). Ramalan yang dimaksud di sini bukanlah sembarang perkiraan, melainkan perkiraan yang mempunyai dasar atau penalaran. Kemampuan membuat ramalan atau perkiraan yang di dasari penalaran baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam teori penelitian, kemampuan membuat ramalan ini disebut juga kemampuan menyusun hipotesis. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Dalam kerja ilmiah, seorang ilmuwan biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen.
Kemampuan Melaksanakan Penelitian (Percobaan). Penelitian merupakan kegiatan para ilmuwan di dalam kegiatan ilmiah. Namun, dalam kehidupan sehari-hari penelitian (percobaan) merupakan kegiatan penyelidikan untuk menguji gagasan-gagasan melalui kegiatan eksperimen praktis. Kegiatan percobaan umumnya dilaksanakan dalam mata pelajaran eksakta seperti fisika, kimia, dan biologi. Sedangkan untuk mata pelajaran non eksakta, kegiatan yang biasa dilakukan adalah penelitian sederhana yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan.
Kemampuan Mengumpulkan dan Menganalisis Data. Kemampuan ini merupakan bagian dari kemampuan melaksanakan penelitian. Dalam kemampuan ini, siswa perlu menguasai bagaimana cara-cara mengumpulkan data dalam penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif.
Kemampuan menginterpretasikan data. Dalam kemampuan ini, siswa perlu menginterpretasikan hasil yang diperoleh karena kemampuan mengkomunikasikan hasil. Kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang juga harus dikuasai siswa. Dalam kemampuan ini, siswa perlu dilatih untuk mengkomunikasikan hasil penemuannya kepada orang lain dalam bentuk laporan penelitian, paper, atau karangan.
III.      Alasan Perlunya Penerapan Keterampilan Proses
Semiawan dkk, (1985: 15-16) merinci alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari :
1)   Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, siswa diberi bekal keterampilan proses yang dapat mereka gunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan tanpa tergantung dari guru.
2)   Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkrit, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar-benar nyata.
3)   Tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi menggiring anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri.
4)   Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar 100 %, penemuannya bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Muncul lagi, teori baru yang prinsipnya mengandung kebenaran yang relatif. Jika kita hendak menanamkan sikap ilmiah pada diri anak, maka anak perlu dilatih untuk selalu bertanya, berpikir kritis, dan mengusahakan kemungkinan-kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah. Dengan perkataan lain anak perlu dibina berpikir dan bertindak kreatif.
5)   Dalam proses belajar mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak-anak didik. Konsep disatu pihak serta sikap dan nilai di lain pihak harus dikaitkan. (Semiawan dkk, 1985 : 15-16).

IV.           Langkah-langkah Pelaksanaan Keterampilan Proses

Pendekatan keterampilan proses adalah suatu cara untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan sikap dan nilai. (Conny Semiawan, 2002: 16)
Pengajaran dengan pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan beberapa langkah, sebagai berikut:
1.      Observasi
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengamatan yang terarah tentang gejala atau fenomena sehingga mampu membedakan yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan pokok permasalahan.Pengamatan di sini diartikan sebagai penggunaan indera secara optimal dalam rangka memperoleh informasi yang lengkap atau memadai.
2.      Mengklasifikasikan
Kegiatan ini bertujuan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu.
3.      Menginterpretasikan atau menafsirkan data
Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran, eksperimen, atau penelitian sederhana dapat dicatat atau disajikan dalam berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, diagram.
4.      Meramalkan (memprediksi)
Hasil interpretasi dari suatu pengamatan digunakan untuk meramalkan atau memperkirakan kejadian yang belum diamati atau kejadian yang akan datang. Ramalan berbeda dari terkaan, ramalan didasarkan pada hubungan logis dari hasil pengamatan yang telah diketahui sedangkan terkaan didasarkan pada hasil pengamatan.
5.      Membuat hipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu.Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka tabir penemuan berbagai hal baru.
6.      Mengendalikan variabel
Variabel adalah faktor yang berpengaruh.Pengendalian variabel adalah suatu aktifitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan. Hal ini tergantung dari bagaimana guru menggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih anak mengontrol dan memperlakukan variabel.
7.      Merencanakan penelitian / eksperimen
Eksperimen adalah melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan apakah hipotesis yang diajukan sesuai atau tidak.
8.      Menyusun kesimpulan sementara
Kegiatan ini bertujuan menyimpulkan hasil percobaan yang telah dilakukan berdasarkan pola hubungan antara hasil pengamatan yang satu dengan yang lainnya.
9.      Menerapkan (mengaplikasikan) konsep
Mengaplikasikan konsep adalah menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau dalam menyelesaikan suatu masalah,misalnya sesuatu masalah yang dibicarakan dalam mata pelajaran yang lain.
10.  Mengkomunikasikan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan proses dari hasil perolehan kepada berbagai pihak yang berkepentingan, baik dalambentuk kata-kata, grafik, bagan maupun tabel secara lisan maupun tertulis.
Praktik pengajaran dengan PKP menuntut perencanaan yang sungguh-sungguh dan berkeahlian, kreatif dalam pelaksanaan pengajaran, cakap mendayagunakan aneka media serta sumber belajar. Jadi guru bersama siswa semakin dituntut bekerja keras agar praktik PKP berhasil efektif dan efisien.
Ilmu pengetahuan alam memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah di alam sekitar melalui proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA seperti yang tertuang dalam kurikulum 2006, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada hakikat IPA yang meliputi produk, proses, dan sikap ilmiah melalui keterampilan proses.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran IPA lebih menekankan pada pendekatan keterampilan proses sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah di pihak siswa yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas maupun produk pendidikan.
Pembelajaran IPA selama ini lebih banyak menghafalkan fakta, prinsip, dan teori saja. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dikembangkan strategi pembelajaran IPA yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka.
Pengembangan pendekatan keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang penting untuk memperoleh keberhasilan belajar yang optimal. Materi pelajaran akan lebih mudah dikuasai dan dihayati oleh siswa, bila siswa sendiri mengalami peristiwa belajar tersebut. Selain itu, Usman dan Setiawati, 2000: 79) mengemukakan tujuan pendekatan proses adalah sebagai berikut :
1.    Pengamatan, yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan indera.
2.    Menggolongkan (mengklasifikasikan), yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan perlu ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan, konsep sebagai dasar penggolongan.
3.    Menafsirkan (menginterpretasikan), yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa, konsep dan informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, penghitungan, penelitian atau eksperimen.
4.    Meramalkan, yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan, pola tertentu, hubungan antar data, atau informasi. Misalnya, berdasarkan pengalaman tentang keadaaan cuaca sebelumnya, siswa dapat meramalkan keadaan cuaca yang akan terjadi.
5.    Menerapkan (aplikasi) yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori dan keterampilan. Melalui penerapan hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan atau dihayati.
6.    Merencanakan penelitian, yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan berhasil tidaknya melakukan penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih karena selama ini pada umumnya kurang diperhatikan dan kurang terbina.
7.    Mengkomunikasikan, yaitu keterampilan menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan.
               Sementara itu Darmodjo dan Kaligis, (2002: 52) merinci keterampilan-keterampilan proses dalam pendidikan IPA itu meliputi :
1.    Keterampilan mengobservasi yang meliputi kemampuan untuk dapat “membedakan”, “menghitung” dan “mengukur”.
2.    Keterampilan mengklasifikasi, yang meliputi menggolong-golongkan atas dasar aspek-aspek tertentu, serta kombinasi antara menggolongkan dengan mengurutkan.
3.    Keterampilan menginterpretasi, termasuk menginterpretasi data, grafik, maupun mencari pola hubungan yang terdapat dalam pengolahan data.
4.    Keterampilan memprediksi, termasuk membuat ramalan atas kecenderungan yang terdapat dalam pengolahan data.
5.    Keterampilan membuat hipotesis, meliputi kemampuan berpikir deduktif dengan menggunakan konsep-konsep, teori-teori maupun hukum-hukum IPA yang telah dikenal.
6.    Keterampilan mengendalikan variabel, yaitu upaya mengisolasi variabel yang tidak diteliti sehingga adanya perbedaan pada hasil eksperimen adalah dari variabel yang diteliti.
7.    Keterampilan merencanakan dan melakukan penelitian, eksperimen yang meliputi penetapan masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis.
8.    Keterampilan menyimpulkan atau inferensi, yaitu kemampuan menarik kesimpulan dari pengolahan data.
9.    Keterampilan menerapkan atau aplikasi, atau menggunakan konsep atau hasil penelitian ke dalam perikehidupan dalam masyarakat.
10.                   Keterampilan mengkomunikasikan, yaitu kemampuan siswa untuk dapat mengkomunikasikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun penelitiannya kepada orang lain baik secara lisan maupun secara tertulis.
  V. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Keterampilan Proses
Adapun keunggulan dan kelemahan pendekatan keterampilan proses, adalah:
1)      Keunggulan
Samatowa (2006:138) mengemukakan bahwa keunggulan pendekatan keterampilan proses adalah :
Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, b) siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari, c) melatih siswa untuk berpikir lebih aktif dalam pembelajaran, d) mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru, e) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
Menurut Sagala (2003:74-75), keunggulan pendekatan keterampilan proses, adalah:
a.    Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, yang sangat penting untuk mengembangkan pengetahuan dan masa depan, dan b) pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan keterampilan berpikir dan cara memperoleh pengetahuan.
2)      Kelemahan
Sedangkan kelemahan pendekatan keterampilan proses, dikemukakan oleh Sagala (2003:75), sebagai berikut:
1) Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyesuaikan bahan pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum, 2) memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua sekolah dapat menyediakannya, 3) merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancang suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak setiap siswa mampu melaksanakannya.
Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis dan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis.
B.     PENDEKATAN SALING TEMAS
1.      Rasionalisasi SALINGTEMAS
Pembelajaran sains diharapkan tidak hanya menghadirkan fakta-fakta, konsep, prinsip dan proses, tetapi juga membangun kemampuan menggunakan sains untuk memahami lingkungan kehidupannya. Pertanyaan pentingnya adalah bagaimana sains menjadi lebih bermakna bagi peserta didik, menjadi lebih dekat dengan hal-hal yang dirasa akrab baginya, dan akhirnya dapat menumbuhkan kepekaan peserta didik terhadap keterkaitan sains dengan manfaat dan permasalahan nyata dalam kehidupan.
Pendekatan sains-teknologi-masyarakat (SETS = science, environment, technology, society) me­rupakan salah satu model atau pendekatan untuk menyesuaikan diri terhadap perkembangan sains yang cepat dan menjawab perubahan para­digma di atas. Pendekatan SETS pada awalnya dikembangkan untuk pembelajaran sains, khususnya sains alam, walaupun dapat dikaji penggunaannya pada pembela­jaran bidang-bidang lain.
2.      Ruang Lingkup Saling Temas
Menurut Yager & McCormack (Yager, 1996b:3-4; 1992b:5-6), ada enam domain utama SETS untuk pengajaran dan penilaian, yaitu domain konsep, proses, kreativitas, sikap, aplikasi, dan keterkaitan. 
3.      Ragam Pendekatan SALINGTEMAS
Pendekatan SETS bisa amat beragam, mulai dari yang mengangkat topik atau isu sebagai payung pembelajaran lebih dari satu bidang, mulai dari Fisika, Kimia dan Ilmu Sosial, atau penggunaan isu lingkungan untuk pembahasan satu bab saja dalam Kimia, misalnya. Secara garis besar, berdasarkan cakupannya, kita bisa melakukan beragam pendekatan STM, antara lain:
·         Menempatkan pembelajaran bab tertentu bidang tertentu dalam konteks sains, teknologi dan masyarakat.
·         Pendekatan SETS untuk pembelajaran lintas bab pada satu mata pelajaran.
·         Pendekatan SETS untuk pembelajaran lintas mata pelajaran.
·         Pendekatan SETS dengan perluasan tujuan instruksional secara eksplisit di luar tuntutan standar kompetensi yang tertulis di kurikulum dari mata-mata pelajaran yang terlibat dalam pembelajaran STM tersebut, seperti kepekaan terhadap permasalahan lingkungan, atau pengenalan dampak sains dan teknologi pada pranata sosial, dll.
·         Pendekatan SETS yang disertai kerja nyata di masyarakat, seperti gerakan penyelamatan lingkungan, dll.
4.      Model Pembelajaran SALINGTEMAS
Dalam proses pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS, terdapat sejumlah ciri atau karakteristik yang perlu dipahami di dalam penerapan pembelajaran, sesuai dengan fokus pembelajarannya pada saat itu. Ciri-ciri tersebut di antaranya adalah:
·         Tetap memberi pengajaran dan pembelajaran sain
·         Isu-isu dan masalah-masalah dalam masyarakat dan kehidupan sehari-hari menjadi titik awal (basis) atau ‘kendaraan’ pertama dan utama untuk mempelajari dan menerapkan konsep-konsep/prinsip-prinsip dan proses sain dan teknologi dengan mempertimbangkan perhatian, minat, atau kepentingan peserta didik
·         Mengikutsertakan peserta didik dalam pengembangan sikap dan keterampilan dalam pengambilan keputusan serta mendorong mereka untuk mempertimbangkan informasi tentang isu-isu sain, lingkungan, dan teknologi
·         Peserta didik dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sain ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat.
·         Peserta didik diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentransferan sain tersebut ke bentuk teknologi.
·         Peserta didik diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sain yang dibincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsur tersebut.
·         Peserta didik dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian penggunaan konsep sain tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi berkenaan.
·         Peserta didik dapat diajak berpikir, misalnya tentang pengaruh lingkungan atau masyarakat terhadap pengembangan sain maupun teknologi tertentu, yang masih berkaitan dengan konsep sain yang dibelajarkan.
·         Dalam konteks konstruktivisme, peserta didik dapat diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik bersangkutan.
·         Mengitegrasikan belajar dan pembelajaran dari banyak ruang lingkup kurikulum; dan
·         Memperkembangkan literasi sain, teknologi dan sosial peserta didik (improved students science, technology, and social literacy).
Model pembelajaran yang bervisi dan pendekatan SETS, sebagai wahana untuk mewujudkan Education Suistinable Development (ESD), perlu menitikberatkan pada:
·         Kajian secara transdisiplin dan holistik berbasis isu dan kasus domestik atau global tentang keterkaitan sain, teknologi, masyarakat, dan lingkungan dalam konteks pembangunan berkelanjutan.
·         Penumbuhan nilai, sikap, dan perilaku yang berpihak pada pembangunan berkelanjutan.
·         Belajar aktif, kooperatif, dan praktikal (hands-on) sehingga pembelajaran menyenangkan dan mengembangkan multi-kecerdasan peserta didik secara keseluruhan.
·         Kesesuaian kedalaman dan keluasan materi pelajaran dengan tingkat perkembangan kognitf, sosial dan fisik peserta didik.
·         Penilaian performasi peserta didik secara menyeluruh alih-alih hanya dimensi kognitif saja.
Kelebihan model pembelajaran yang bervisi dan pendekatan SETS adalah:
·         memberi peluang pada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan sekaligus kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan hasil analisis dan sintesis yang bersifat komprehensif dengan memperhitungkan aspek sain, lingkungan, teknologi, dan masyarakat sebagai satu kesatuan tak terpisah.
·         memberi wadah secara mencukupi kepada para pendidik dan peserta didik untuk menuangkan kemampuan berkreasi dan berinovasi di bidang minatnya dengan landasan SETS secara kuat
·         memberi kesempatan pendidik dan peserta didik untuk mengaktualisasikan diri dengan keistimewaan atau kelebihan SETS.
5.      Implementasi Pendekatan SALINGTEMAS
Pembelajaran dengan pendekatan SETS memililiki karakteristik sebagai berikut
a. Relevansi
Pembelajaran berorientasi konteks dan menempatkan proses pembelajaran pada masalah otentik dan memperhatikan kebutuhan pembelajar.
b. Metodologi
Menggunakan metodologi pembelajaran yang “self-directed” dan “co-operative”.
c. Masalah
Masalah dalam konteks diarahkan agar peserta didik dapat berpikir terarah, interdisipliner dan global.
d. Konsep
Bertujuan pada pengembangan sejumlah konsep dasar sains.
Beberapa strategi pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru dengan pendekatan SETS melalui pembelajaran kontekstual , antara lain:
o    Pembelajaran berbasis masalah
o    Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar
o    Memberikan aktivitas kelompok
o    Membuat aktivitas belajar mandiri
o    Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat
o    Menerapkan penilaian autentik
6.      Panduan Pembelajaran SALINGTEMAS
Selain menjanjikan kualitas pembelajaran yang lebih baik (dan berbagai penelitian pendidikan menunjukkan hal itu), pembelajaran berbasis SETS juga mengandung beberapa risiko. Panduan ini disusun untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran berbasis SETS, dan meminimalkan risiko yang mungkin terjadi.
Secara garis besar, tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran berbasis SETS adalah:
1.      Inisiasi: pendahuluan pembelajaran SETS dengan mengangkat dan mendiskusikan isu atau masalah.
2.      Penetapan kompetensi sains: mengumpulkan kompetensi sains yang diperlukan untuk lebih memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi.
3.      Dekontekstualisasi: pemisahan konsep dan prinsip sains (yang perlu dicapai kompetensinya) dari konteks isu atau masalah yang diangkat.
4.      Pembelajaran konsep dan prinsip sains: pemantapan penguasaan konsep dan prinsip sains, melalui metode pembelajaran yang sesuai.
5.      Penerapan: menerapkan konsep dan prinsip sains pada isu atau masalah.
6.      Integrasi: membangun keterkaitan antar konsep dan prinsip sains, serta antar konsep/prinsip tersebut dengan spektrum terapannya dalam kehidupan.
7.      Perangkuman: merangkum kompetensi yang seharusnya telah dimiliki peserta didik, termasuk kemampuan menerapkannya pada kasus tertentu.

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Semiawan, 2002). Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini.
Pendekatan sains-teknologi-masyarakat (SETS = science, environment, technology, society) me­rupakan salah satu model atau pendekatan untuk menyesuaikan diri terhadap perkembangan sains yang cepat dan menjawab perubahan para­digma di atas. Pendekatan SETS pada awalnya dikembangkan untuk pembelajaran sains, khususnya sains alam, walaupun dapat dikaji penggunaannya pada pembela­jaran bidang-bidang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Lilik Setiono.2oo8. Salingtemas Dalam Proses Pembelajaran Sains (Sains Lingkungan Teknologi Masyarakat). Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta(Online)diakses pada tanggal 9 januari 2014)
Tri Antika, Linda. 2013. PENDEKATAN LINGKUNGAN & SALINGTEMAS DAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES & CBSA/SAL(Online)diakses pada tanggal 9 januari 2014) http://linda-haffandi.blogspot.com/

CONTOH LEMBAR SELF ASSISMENT

 

No
Nama
Judul bahan bacaan
Lama akses/ membaca
Kontribusi dalam kelompok
1
Mariadi Pajri
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
3 jam
T


2
DEA INDAH SRIWAHYU P.
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
3 jam
T


3
FERDINANDUS HENDRIKUS
PENDEKATAN SALING TEMAS

3 jam
T


4
MARLIA SURYANI AZMI
PENDEKATAN SALING TEMAS

1 jam

S

5
NURHADYATUN
PENDEKATAN SALING TEMAS

1 jam

S

6
YULIANA      
PENDEKATAN SALING TEMAS

1 jam

S

 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar